ARANGASEM (BBBTIMES) - Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Agung Bali akan selalu memberikan edukasi bahaya Gunung Api terhadap warga yang masih membandel yang mencoba naik ke puncak.
"Upaya itu sebagai tugas pokoknya terbentuk organisasi tersebut pemerintah dalam memberikan pemahaman terhadap bahaya Gunung Api Agung mengingat masih berstatus Awas dalam radius enam kilometer," kata Ketua Pasebaya Agung Bali I Gede Pawana di Selat, Karangasem, Jumat (12/1).
Hal itu disampaikan usai menerima kunjungan Dandim 1623/Karangasem Letkol Inf Benny Rahadian, Kapolsek Selat dan Danramil Selat.
Ia mengatakan, pihaknya merasa menyesalkan masih adanya warga yang tidak menghiraukan pemerintah.
Bahkan hampir saja merenggut korban jiwa dari enam warga yang nekat naik ke puncak Gunung Api Agung pada Rabu (10/1).
Namun pihaknya melakukan pantauan, nampak mencurigakan indikasi tersesat maka Tim Pasebaya yang dibantu TNI dan Polri melakukan pengejaran penyelamatan.
"Kami sempat mengalami dilema karena harus masuk zona bahaya, sisi lain pihak keluarga bersangkutan meminta bantuan agar warga yang mendaki diselamatkan," ungkapnya.
Untuk itu, pihaknya mencoba melakukan pengejaran dengan mengajak relawan yang mengatahui medan, atas perjuangan dan kerja kerasnya berhasil diselamatkan.
Untuk itu, pihaknya akan mengoptimalkan melakukan edukasi dan pemantauan terhadap terulang kembali warga yang nakal dan bandel.
Upaya itu untuk mencegah agar tidak ada korban jiwa apabila sewaktu-waktu terjadi erupsi maupun mengalirnya lahar dingin.
Sementara itu, pihaknya agar mengajak warga agar mengetahui zona bahaya yang ditandai dengan tanda pemasangan portal untuk melarang wisatawan dan warga setempat masuk Pura Pasar Agung Subudi dan mendaki Gunung Agung.
Keenam pendaki sempat tersesat yakni I Made Suarjana 41 tahun, Sahran 49 tahun, Tomi Azdi Marta 21 tahun, Sunarmi 42 tahun, Kadek Agus Setiawan 33 tahun dan Kanjeng Prabu Wiranegara.
Setibanya dibawah ke enamnya langsung diarahkan ke Polsek Selat untuk dimintai identitasnya.
Namun hal mencengangkan diungkapkan oleh salah satu pendaki yang mengaku bernama Kanjeng Prabu Wiranegara alias Morgen Made Suparta asal Kuta.
Awalnya Kanjeng tidak mau terbuka pada saat ditanya terkait tujuannya nekat melakukan pendakian ditengah situasi bahaya ancaman erupsi Gunung Agung.
Namun setelah dikorek sedikit demi sedikit akhirnya Pria penekun dunia spiritual tersebut mulai buka suara dihadapat relawan dan media hanya saja tidak semuanya Ia ungkapkan.
“Ini memang harus saya lakukan karena ini adalah misi spiritual saya, cukup saya saja yang mengerti ini kalo diceritakan maka akan jadi rame” ujarnya.
Dari pengakuannya, saat berada di puncak Gunung Agung dirinya melakukan ritual “Mendak” dengan membawa dua buah benda berbentuk ukiran naga melilit ikan paus yang terbuat dari tulang ikan paus dan satu buah tulang ikan Marlin berukuran cukup besar berbentuk seperti batangan runcing yang nantinya akan dilinggihkan dikediamannya di Kuta.
Selain itu hal cukup mencengangkan juga diungkapkan oleh Kanjeng Prabu bahwa dirinya adalah seorang penulis mimpi, dimana lewat mimpinya dirinya mampu melihat dan memprediksi kejadian baik yang sedang terjadi, sudah terjadi maupun yang akan terjadi.
Seperti kejadian saat ini, dirinya melakukan pendakian beserta ritual ditengah ancaman erupsi Gunung Agung ini diakuinya sudah dimimpikannya sekitar enam bulan lalu. Oleh karena itu dirinya yakin bahwa tidak akan terjadi apapun pada dirinya ketika melakukan pendakian. Sementara kemampuannya menulis mimpi diakui sudah diperolehnya ketika duduk dibangku SMP kelas tiga.
Kendati demikian, Kanjeng tetap bersikeras tidak mau untuk mengungkapkan jati dirinya yang sebenarnya beserta tujun dari ritual mendak itu sendiri. Bahkan Kanjeng menyuruh datang langsung kerumahnya jika memang ingin tau yang sebenarnya terkait maksud dan tujuannya tersebut.
Sementara pasca aksi nekatnya mendaki Gunung, jika memang dirinya bersalah maka ia mengaku siap untuk menanggug apapun itu sangsi atau hukuman yang akan diberikan padanya.(ART/GAB)
KBRN, Denpasar: Cuaca ekstrim yang terjadi sejak awal tahun ini menyebabkan sejumlah dampak bencana alam yang sulit dihindari masyarakat Bali. Hujan deras dibarengi angin kencang, dan petir mengakibatkan hampir seluruh kabupaten/kota tidak luput dari sejumlah bencana seperti banjir, longsor dan pohon tumbang.
Beberapa lokasi pusat pariwisata Bali seperti Kuta, Nusa Dua, Ubud, Kintamani, dan Karangasem juga terdampak banjir dan longsor. Ketua Forum Kepala Desa Bali I Gede Pawana kepada RRI, Kamis (25/1/2018) mengatakan, dengan bencana yang terjadi semestinya masyarakat instrospeksi diri. Perilaku alih fungsi lahan, belakangan ini sulit dibendung, terlebih harga tanah yang melambung tinggi membuat warga tergiur mengubah sawah menjadi hotel maupun restoran.
“Bencana itu pasti akan mengikuti karena perubahan siklus dan rotasi alam yang selama ini tertata, mengalami perubahan, sehingga menimbulkan dampak yang lain pula,” ujarnya.
Disinggung budaya gotong royong masyarakat Bali yang mulai berkurang, menurut Gede Pawana, di desa-desa budaya tersebut masih terjaga. Hanya saja perilaku membuang sampah sembarangan sulit diantisipasi akibat minimnya kesadaran warga.
“Sebenarnya dengan menjaga lingkungan kita, itu juga sudah merupakan yadnya (pengorbanan suci dan tulus ikhlas) bagi ibu pertiwi kita. Kami berharap masyarakat sadar untuk tidak membuang sampah di aliran sungai. Semestinya sampah dapat dipisahkan dan dibuang pada tempatnya,” harapnya.
Ketua Forum Kepala Desa se-Bali itu menambahkan, pembangunan rumah di sekitar bantaran sungai harus dikurangi, mengingat banjir yang terjadi juga akibat penyempitan aliran sungai, serta sistem drainase yang tidak berjalan lancar. Kepala Desa se-Bali sudah melakukan koordinasi dengan pihak terkait terutama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) guna menangani bencana yang terjadi, termasuk pemberian edukasi kepada masyarakat. (NPN/AKS)
Karangasem, balipuspanews.com – Dua orang turis asing (bule) asal Australia kembali nekad menerobos larangan untuk mendaki ke Gunung Agung, dengan dalih dinyatakan aman oleh pihak hotel tempat menginap.
Kedua bule tersebut ialah Ricky Tonacia (34) dan Jack Dennaro (26). Keduanya naik melewati rute Pura Pasar Agung Sebudi, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem dan tiba pada Kamis (4/1) malam. Keduanya diduga naik dalan rentan waktu sekitar pukul 01.00 Wita hingga pukul 02.00 Wita. Diantar menggunakan kendaraan roda empat yang disewanya beserta sopir.
Untuk mengelabui petugas, bule tersebut menyuruh agar kendaraan dibawa kembali kemudian pada saat turun barulah disuruh untuk melakukan penjemputan melalui telepon.
Namun rencananya tersebut keburu ketahuan, di mana seperti sebelumnya relawan kembali melihat cahaya di lereng Gunung yang berasal dari lampu senter bule itu. Selain itu, relawan dan polisi juga memergoki kendaraan yang akan menjemput sehingga langsung diamankan ke Polsek Selat.
“Ya relawan kita lihat lampu senter yang digunakan kedua bule tersebut,” kata Gede Pawana Ketua Pasebaya.
Sementara itu, setelah ditunggu-tunggu oleh relawan beserta aparat, sekitar pukul 10.00 wita, kedua bule tersebut akhirnya turun berjalan kaki hingga di portal pertama sebelum dijemput menggunakan mobil polisi.
Sementara itu, sempat terjadi ketegangan antara relawan dengan kedua bule. Di mana ketika salah satu relawan Pasebaya Komang Eka Semara Putra mencoba untuk mengambil foto menggunakan hp, secara tiba-tiba hpnya diambil oleh bule tersebut. Kejadian ini berakhir dengan terjadinya perebutan hp.
Tidak cukup sampai disitu, bule tersebut juga sempat melontarkan kata-kata menantang berkelahi dengan menggunakan bahasa asing.
“Hp saya direbut saat ambil foto, sempat diajakin berkelahi juga,” ujar Komang Eka.
Sebelumnya, saat kedua bule tersebut turun relawan beserta petugas sempat ingin berkomunikasi secara baik – baik, namun respon keduanya ternyata tidak bersahabat, bahkan tidak mau memberikan identitas serta menolak untuk mendengar arahan dari relawan dan aparat. Hingga akhirnya keduanya digiring ke Polsek Selat.
Saat tiba di Polsek, keduanya tetap bersikukuh tidak mau memberikan identitas. Bahkan di Polsek Selat, bule itu sempat mengaku menelpon dubesnya. Setelah mencoba berkomunikasi, akhirnya kedua bule mengaku mendapat informasi dari hotel tempat mereka menginap, yang menyatakan aman mendaki ke Gunung Agung.
E104, Hill Street 2, watson road, Chicago,il
Mobile: +601 258 8527 Tell : 123 456 7890
info@medimate.com info@smitjon.com
Mon to Sat 9 am to 11 pmSunday 10 am to 6 pm
Desa Duda Timur merupakan desa yang terdiri dari daerah dataran, daerah perbukitan serta daerah perkebunan dengan temperature rata-rata 26ºC yang membuat daerah ini memiliki suhu cukup sejuk